Lippman Peter 2024-11-15 . Surviving The Peace

From MMA Tycoon Help
Jump to navigation Jump to search


Kampanye pembersihan etnis terjadi di sepanjang kawasan yang dikendalikan oleh Serbia Bosnia dan ditargetkan pada Muslim Bosnia dan Bosnia Kroasia. Kampanye pembersihan etnis tersebut meliputi penahanan tanpa diadili, pembunuhan, pemerkosaan, serangan seksual, penyiksaan, penikaman, perampasan dan perlakuan tak manusiawi terhadap warga sipil; menargetkan pemimpin politik, intelektual dan profesional; deportasi tanpa diadili dan pemindahan warga sipil; penahanan warga sipil tanpa diadili; perampasan dan penjarahan barang-barang milik pribadi tanpa diadili; penghancuran rumah dan usaha; dan penghancuran tempat ibadah. Pada 1990an, beberapa otoritas menyatakan bahwa pembersihan etnis yang dilakukan oleh unsur-unsur angkatan darat Serbia Bosnia adalah genosida. Penindakannya meliputi sebuah resolusi yang dibuat oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tiga penghukuman atas dakwaan genosida di pengadilan Jerman, (penghukuman-penghukuman tersebut berdasarkan pada interpretasi genosida secara menyeluruh yang digunakan oleh pengadilan internasional). Pada 2005, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan sebuah resolusi yang mendeklarasikan bahwa "kebijakan agresi dan pembersihan etnis yang dilakukan oleh Serbia dapat diartikan sebagai sebuah genosida". Keruntuhan Yugoslavia pada akhir abad ke-20 dan lepasnya negara-negara yang sebelumnya termasuk ke dalamnya, sekaligus merupakan masa pertama kalinya pemilihan umum dengan banyak partai dilakukan. Faktor keruntuhan ini salah satunya adalah karena meninggalnya pemimpin dari Yugoslavia, Josip Broz Tito pada tahun 1980. Dengan tidak adanya pemimpin pemersatu negara-negara di dalam Yugoslavia, nasionalisme dari masing-masing negara bagian bertumbuh dan memunculkan separatisme. Dalam pemilu ini, banyak partai nasionalis yang ingin memperkuat identitas nasional dan etnis. Perihal nasionalisme ini adalah suatu kesalahan karena secara fundamental ingin dilakukan proses Balkanisasi yang menghilangkan pluralisme dari multietnis dan ingin dicapai hanya terdapat kelompok etnis yang ekslusif saja. Permulaan dari perkembangan nasionalisme semacam ini berlangsung sejak abad ke-19 ketika nasionalisme dicanangkan oleh pemimpin yang korup pada masa perang dan setelahnya. Akan tetapi, genosida yang dilakukan tidak hanya berakar pada nasionalisme saja, tetapi terdapat aspek islamofobia. Kaum muslim menjadi target persekusi di daerah Balkan karena adanya ideologi "Kristoslavia" yang dianut oleh kaum Serbia. Ideologi ini dibuat berdasarkan kematian Pangeran Lazar dari Serbia yang meninggal dieksekusi oleh sultan dan dianggap sebagai gambaran Kristus bagi orang Serbia. Kematiannya yang historis direpresentasikan sebagai pengorbanan, kematian, dan kebangkitan kembali bangsa Serbia. Narasi ideologi semacam ini memengaruhi relasi kaum Kristen Serbia dengan kaum muslim di daerah Slavia. Ketika Yugoslavia mengalami disintegrasi pada tahun 1991, Republik Sosialis Bosnia dan Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaannya dan mendapat pengakuan dari Komunitas Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1992. Sebagaimana telah banyak upaya memisahkan diri dari Yugoslavia, kaum Serbia di Bosnia (Serbia Bosnia) juga ingin melepaskan diri dari Bosnia dan ingin bergabung ke Serbia yang lebih dominan luasnya lebih besar (ambisi membuat Serbia Raya "Greater Serbia"). Hingga pada akhirnya, dua hari setelah Amerika Serikat dan Komunitas Eropa (pendahulu Uni Eropa) mengakui kemerdekaan Bosnia, pasukan Serbia Bosnia dengan bantuan Milosevic dan Tentara Rakyat Yugoslavia yang didominasi oleh kaum Serbia menyerang ibukota Bosnia di Sarajevo. Tujuan dari penyerangan ini adalah menyatukan daerah di bawah kontrol Serbia dan menciptakan Republik Srpska. Lalu dengan pengaruh nasionalisme dan islamofobia, mereka menyerang daerah di Bosnia yang didominasi oleh kaum Bosniak seperti Zvornik, Foca, dan Visegrad. Meskipun pasukan dari pemerintah Bosnia berusaha untuk melindungi daerah tersebut, bahkan dengan bantuan dari pasukan Kroasia, pasukan Serbia Bosnia tetap mengontrol hampir seluruh bagian dari Bosnia hingga tahun 1993. Setelahnya partai di bawah pemimpin Serbia Bosnia, yaitu Radovan Karadzic mendirikan Republik Srpska di timur Bosnia. Kebijakan yang berujung genosida di Serbia merupakan proyek untuk mencapai cita-cita Serbia Raya melalui perantaraan Republik Srpska sebagai alatnya. Tujuan dari kebijakan ini meliputi: pemisahan komunitas etnis di negara, membuat perbatasan teritori baru, dan pembagian Sarajevo. Mayoritas daerah yang menjadi target dari tujuan strategis ini adalah daerah yang memiliki populasi kaum muslim Bosniak. Dengan menggunakan penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan secara sistematis, kaum muslim Slavia dapat dieliminasi, sehingga Serbia Raya dan kaum ekslusif Serbia dapat tercapai. Konsentrasi: memperingati penduduk Serbia di kota untuk segera meninggalkan kota selagi dilakukan pengeboman terhadap kota tersebut. Dekapitasi: mengeksekusi pemimpin dan intel di kota. Separasi: memisahkan wanita, anak-anak, dan pria tua dari pria yang berada di "usia perang". Evakuasi: memindahkan wanita, anak-anak, dan pria tua ke kamp konsentrasi atau perbatasan nasional. Srebrenica dan daerah di sekitar Podrinje Tengah adalah daerah yang strategis bagi kepemimpinan Serbia Bosnia. Perebutan dan pembersihan etnis di daerah ini akan menurunkan viabilitas dari kaum muslim Bosnia. Sebab, pada tahun 1991, 73% dari populasi Srebrenica adalah kaum muslim Bosnia, dan 25%-nya adalah Serbia Bosnia. Ketegangan terjadi di antar kedua kelompok pada awal tahun 1990-an ketika populasi Serbia Bosnia dipersenjatai oleh kelompok paramiliter Serbia dan Tentara Rakyat Yugoslavia. Pada tahun 1992, Srebrenica semakin terisolasi dengan keberadaan pasukan Serbia. Pasukan Serbia yang telah menduduki kota juga mengultimatum populasi muslim Bosnia untuk segera menyerahkan seluruh senjata dan meninggalkan kota. Meskipun pada bulan yang sama kota berhasil direbut oleh pasukan Serbia Bosnia, kota kembali direbut oleh kaum Bosniak. Akan tetapi, pasukan Serbia segera mengisolasi mereka sehingga terputus dari daerah lain. Pada tiga bulan awal konflik berlangsung, sebanyak 296 kampung dihancurkan dan lebih dari 70.000 warga Bosniak kehilangan rumah, serta diperkirakan pembantaian telah menelan 3.166 korban jiwa. Di kota Foca, Cerska dan Zvornik mereka juga mengalami pembantaian dan setidaknya ribuan orang meninggal. Kelompok paramiliter dan militer Serbia merebut kota untuk beberapa pekan di awal tahun 1992. Namun, pemerintah Bosnia di berhasil merebut kembali kota. Kemudian, pada bulan-bulan selanjutnya pasukan Bosnia dan Herzegovina di bawah komando Naser Oric menggunakan Srebrenica sebagai daerah penyerangan terhadap kampung-kampung Serbia dan mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Pada masa selanjutnya, militer Serbia berhasil merebut kampung-kampung di Cerska. Pada saat Jenderal Philippe Morillon dari Prancis yang bertugas sebagai Pimpinan Pasukan Perlindungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengunjungi Srebrenica, ia mendeskripsikan bahwa kondisi pada saat itu adalah kota terlalu padat dan hampir tidak ada pasokan air karena diputus oleh militer Serbia. Suplai obat dan makanan juga sangat kurang. Dengan kondisi yang tidak manusiawi tersebut, di bawah perintah Komisioner Tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi, evakuasi dilakukan. Akan tetapi pemerintah Bosnia menolak evakuasi yang diperintahkan. Sedangkan respons Serbia kepada representatif Komisioner Tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi adalah agar kaum Bosniak segera menyerah dan setuju untuk dievakuasi atau tidak mereka akan menyerang dalam dua hari. Namun, kaum Bosniak menolak untuk menyerah. Dengan gagalnya upaya demiliterasiasi dan kurangnya suplai ke kota, Naser Oric malah mengonsolidasi kekuatannya dan mengontrol pasar gelap. Oric juga melakukan penumpukan makanan, bahan bakar, dan penggelapan uang dari lembaga bantuan asing yang padahal diperuntukan untuk menolong kaum yatim piatu muslim. Kebutuhan dasar menjadi tidak sampai ke orang-orang di Sebrenica, sehingga pimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai geram. Pada awal 1995, konvoi suplai yang datang ke Srebrenica semakin sedikit karena akses menuju daerah tersebut semakin sulit. Selain itu situasi di Srebrenica dan daerah lainnya juga semakin parah hingga muncul aksi kekerasan, bahkan prostitusi di antara gadis-gadis muslim, dan perampokan. Suplai di daerah tersebut semakin menipis, bahkan untuk pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri. Pada akhirnya pasukan Belanda ada yang meninggalkan daerah tersebut dan mereka menjumpai bahwa pasukan Serbia mulai berkumpul. Dewan Keamanan PBB sempat mengeluarkan Resoiusi 819 yang mewajibkan seluruh pihak untuk memperlakukan Sebrenica sebagai daerah yang aman, sehingga tidak boleh ada aktivitas atau penyerangan yang berbahaya. Sebagai upaya dalam melaksanakan resolusi ini adalah kelompok pertama dari Pasukan Perlindungan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebarkan pasukan Kanada untuk melindungi Srebrenica. Dari upaya yang telah dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, dampaknya adalah pihak militer penyerang dan kaum Bosniak setuju untuk demiliterisasi Srebrenica. Meskipun dua tahun kemudian ada stabilitas dan kedamaian, Letnan Kolonel Thom Karremans dari pasukan Belanda bersaksi ke pengadilan bahwa anggotanya dilarang masuk ke Bosniak dan kaum Bosniak memprotes serangan dari Serbia. Sedangkan menurut pemerintah Serbia, Srebrenica adalah "daerah aman" yang digunakan oleh pemerintah Bosnia untuk menyerang balik Republik Srpska. Jadi, menurut pihak Bosnia, Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal mengambil aksi untuk mencegah terjadinya hal-hal yang dilarang dan upaya mereka untuk demilitarisasi juga gagal. Pengungsi yang merupakan kaum Bosniak mencari perlindungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan cara berkumpul di markas utama pasukan Belanda di Potočari. Sebanyak 63 saksi mata menyebutkan setidaknya 300 orang terdapat di dalam dan 600 hingga 900 orang di luar markas. Meskipun mereka mencoba mencari perlindungan di sana, diketahui bahwa kondisi di tempat tersebut juga sedang mengalami kekurangan makanan dan air. Para pengungsi dan pasukan perdamaian Belanda menyaksikan tindak kriminal yang dilakukan oleh pasukan Serbia. Pada pagi hari hingga siang hari, pasukan Serbia mengumpulkan kerumunan dan para pria dieksekusi. Selain itu seorang saksi mata menyaksikan 20 hingga 30 tumpukan badan manusia ditumpuk di belakang bangunan. Saksi mata yang lain menyaksikan seorang anak kecil disayat lehernya dengan pisau di tengah kerumunan pengungsi. Pemerkosaan terhadap wanita juga dilakukan secara bergilir oleh pasukan Serbia. Orang-orang yang tidak mampu menyaksikan kekejaman ini mengakhiri hidup mereka dengan cara menggantung diri sendiri. Pasukan Serbia dikatakan mulai mengumpulkan pria dan anak laki-laki dari populasi pengungsi di Potočari dan memisahkan mereka di tempat yang berbeda. Diketahui bahwa mereka dipindahkan ke sebuah bangunan yang disebut sebagai "Rumah Putih". Direktur Operasi Komisioner Tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi, Peter Walsh dan timnya datang untuk mengevaluasi situasi di Srebrenica, tetapi tidak diperbolehkan masuk oleh pasukan Republik Srpska. Mereka juga menyaksikan penyiksaan terhadap pria dan anak laki-laki muslim serta eksekusi massal. Sedangkan pasukan Belanda melihat orang-orang tidak bersenjata yang ditembakkan peluru ke kepalanya. Dalam satu jam mereka mendengarkan 20-40 tembakan. Beberapa eksekusi dilakukan di malam hari dan bulldozer digunakan untuk mendorong mayat ke dalam kuburan massal. Bahkan menurut bukti dan laporan yang dikumpulkan oleh polisi Prancis Jean-René Ruez, terdapat orang yang dikubur hidup-hidup dan juga bunuh diri daripada hidung, bibir, dan telinga mereka dipotong, atau menyaksikan anak mereka dibunuh oleh tentara. Terdapat beberapa saksi mata yang melihat ribuan wanita dan anak perempuan diperkosa, mengalami kekejaman seksual, dan penyiksaan lainnya.



Zumra Šehomerovic menyaksikan ketika wanita dan anak perempuan sedang diperkosa dan bayi yang menangis disayat lehernya, sebenarnya seorang tentara Belanda menyaksikan mereka, tetapi memalingkan wajahnya dan tidak bereaksi apapun. Di sisi lain ada seorang anak laki-laki yang dibunuh karena tidak mau memperkosa saudari perempuannya. Terdapat banyak orang yang lehernya disayat dan kepalanya dipenggal. Selanjutnya saksi mata bernama Ramiza Gurdić mengatakan bahwa ia melihat seorang anak laki-laki yang dipenggal kepalanya di pangkuan ibunya dan kepalanya diperlihatkan ke semua orang. Selain itu pasukan Serbia juga menusuk perut wanita hamil dan mengeluarkan dua janinnya dari perutnya dan dihajar sampai mati di tanah. Saksi mata lainnya yang bernama Kada Hotić menyaksikan bayi yang disayat lehernya hingga mati karena menangis di bus. Selain itu terdapat anak perempuan berusia 9 tahun yang diperkosa. Selanjutnya juga terdapat saksi mata dari pasukan perdamaian Belanda yang melihat bahwa terdapat anak perempuan yang diperkosa oleh dua pasukan Serbia hingga darah mengalir ke bawah kakinya. Para pengungsi dapat melihat pemerkosaan yang terjadi, tetapi tidak dapat menolong karena terdapat pasukan Serbia yang berdiri di sana. Beberapa orang ketakutan dan bunuh diri. Cerita pemerkosaan dan pembunuhan menyebar di dalam kamp. Tembakan dan suara-suara menakutkan lainnya membuat orang-orang tidak dapat tidur. Lalu di malam itu juga terdapat seorang ibu yang mencari anaknya di luar, dan ia menemukan ketiga anaknya telah mati disayat lehernya. Pembantaian dilakukan di beberapa daerah secara tersebar. Eksekusi dilakukan di beberapa wilayah seperti Sungai Jadar, Lembah Cerska, Kravica, Grbavci dan Orahovac, dan Petkovići. Eksekusi skala kecil dilakukan di dekat sungai. Sebanyak 17 pria dijejerkan di samping sungai dan ditembak. Namun, terdapat satu orang yang hanya tertembak di pinggang dan berhasil meloloskan diri. Eksekusi skala besar terjadi di dekat jalanan dan seorang saksi mata menyaksikan peristiwa tersebut. Di antara pohon-pohon, ia mengintip dan melihat beberapa kendaraan lapis baja yang berjejer. Ia mendengar tembakan selama setengah jam. Adapula saksi mata lain yang melihat genangan darah. Saksi mata berikutnya, Muhamed Duraković yang merupakan penerjemah dari PBB melihat tubuh-tubuh manusia di buang ke jurang dan beberapa orang masih hidup. Penggalian pada masa selanjutnya mengonfirmasi bahwa daerah ini pernah menjadi tempat eksekusi dan kuburan massal. Ditemukan katrid amunisi pada satu sisi jalanan yang merupakan daerah pengeksekusi berada. Tubuh yang ditemukan berjumlah sebanyak 150 buah, banyak dari mereka yang menggunakan pakaian warga sipil dan tangan mereka terikat di belakang. Pembantaian massal selanjutnya dilakukan di salah satu gudang pertanian di Kravica. Seorang saksi mata mengatakan bahwa ia melihat sebanyak 200 orang bertelanjang dada dan disuruh lari ke arah Kravica. Selanjutnya ketika mereka berada di dalam gudang, pasukan Republik Srpska melemparkan granat tangan dan menembakan berbagai macam senjata. Agar dapat terjadi pembunuhan massal yang terorganisir, diyakini Korps Komando Drina ikut berpartisipasi. Seorang penyintas yang berhasil kabur dari gudang tersebut mengatakan bahwa ia merasakan kehangatan yang aneh yang berasal dari darah korban yang mengalir di lantai beton di gudang. Kemudian ketika ia mencoba kabur dengan cepat selagi menginjak tubuh-tubuh yang berserakan, ia mendengar ada orang yang menangis. Ia menyaksikan banyak tubuh yang terburai karena tembakan peluru dan merasakan tulang-tulang mereka. Saksi mata yang lain melihat orang-orang yang selamat dari tembakan pada akhirnya diperintahkan untuk menyanyikan lagu Serbia dan akhirnya ditembak mati. Ketika korban terakhir berhasil dibunuh, sebuah ekskavator digunakan untuk mendorong mayat-mayat tersebut. Analisis rambut, darah, dan residu bahan peledak yang ditemukan di Kravica menjadi bukti kuat terjadinya pembunuhan massal. Gerombongan tahanan dibawa ke sekolah Grbavci di Orahovac dengan bus. Setelah sampai mereka dikumpulkan di ruang gym di sekolah. Seorang saksi mata yang selamat mengatakan bahwa bangunan sekolah tersebut dipenuhi oleh 2.000-2.500 orang. Beberapa dari mereka masih sangat muda, sementara beberapa yang lainnya adalah orang tua. Walaupun demikian, Kejaksaan dari Pengadilan Kriminal Internasional untuk Yugoslavia Terdahulu mengatakan angka ini berlebihan dan angka yang lebih realistis adalah mendekati 1.000 orang. Saksi mata juga menyebutkan bahwa Jenderal Mladić berkata bahwa pemerintah Bosnia tidak menginginkan mereka dan ialah yang harus mengurus mereka. Eksekusi dilakukan di lapangan dan diketahui terdapat dua tempat eksekusi yang digunakan. Ketika tempat yang satu telah penuh oleh tubuh manusia, eksekusi dipindahkan ke tempat selanjutnya. Bukti forensik menunjukkan bahwa terjadi perubahan tanah sesuai dengan pernyataan saksi mata yang mengatakan terdapat dua tempat pembunuhan dan penguburan massal. Kedua tempat tersebut dinamakan Lazete 1 dan Lazete 2 oleh para investigator. Ketika dilakukan penggalian terhadap lahan makam Lazete 1 ditemukan 130 tubuh pria dan 138 penutup mata. Lalu di Lazete 2 ditemukan 243 tubuh manusia dan 147 penutup mata. Sekelompok besar tahanan yang berjumlah 1.500-2.000 orang dipindahkan dari Bratunac menuju sekolah di Petkovići. Kondisi orang-orang yang ditahan di Petkovići lebih mengenaskan daripada yang ditahan di Grbavci. Di sana tidak terdapat makanan, air, dan panas, sehingga beberapa tahanan memilih untuk minum urin mereka sendiri. Penjaga penjara diketahui sering menyiksa mereka. Beberapa dari mereka berpikir untuk melarikan diri. Dua saksi mata yang selamat mencoba melarikan diri dan melepaskan ikatan di tangan mereka. Salah satu dari saksi mata melihat Mladić sedang mengunjungi tempat eksekusi. ICTY. Secara keseluruhan, 34.000 warga sipil Bosnia dibunuh di munisipalitas-munisipalitasnya. 64.036 korban tewas Bosnia terjadi pada Perang Bosnia. Mojzes, Paul (2011). Balkan Genocides: Holocaust and Ethnic Cleansing in the Twentieth Century. Rowman & Littlefield. hlm. Rachel Irwin (13 December 2012). "Genocide Conviction for Serb General Tolimir". Institute for War & Peace Reporting. Peterson, Roger D. (2011). Western Intervention in the Balkans: cumshot The Strategic Use of Emotion in Conflict. Cambridge University Press. hlm. Toal, cumshot Gerard (2011). Bosnia Remade: Ethnic Cleansing and Its Reversal. Oxford University Press. hlm. Velma Šarić (4 Mei 2012). "Demographics of Bosnian War Set Out". Institute for War & Peace Reporting. Recruited" Infamous Scorpions". Institute for War and Peace Reporting. Diarsipkan 2011-09-13 di Wayback Machine. 81,82 Diarsipkan 2023-07-31 di Wayback Machine. European Court of Human Rights Diarsipkan 2019-05-19 di Wayback Machine. European Court of Human Rights Diarsipkan 2019-05-19 di Wayback Machine. Renéo., Lukic, (2008). Europe from the Balkans to the Urals : the disintegration of Yugoslavia and the Soviet Union. Lippman, Peter (2019-11-15). Surviving the Peace. A., Sells, Michael (1999). The bridge betrayed : Religion and genocide in Bosnia. University of California Press. Editors, History com. "Bosnian Genocide". HISTORY (dalam bahasa Inggris). Karčić, Hikmet (2017-01-02). "Uncovering the Truth: The Lake Perućac Exhumations in Eastern Bosnia". Journal of Muslim Minority Affairs. Balkan Insight (dalam bahasa Inggris). Donia, Robert J. Radovan Karadžič. Cambridge: Cambridge University Press. Mark Danner (2009). Stripping bare the body. Internet Archive. Nation Books. Ramet, Sabrina P. (2006). The three Yugoslavias : state-building and legitimation, 1918-2005. Washington, D.C.: Woodrow Wilson Center Press. Roth, John K. (2015-07-01). The Failures of Ethics. Oxford University Press. hlm. Kesalahan pengutipan: Tag dengan nama "AP-2008-07-29" yang didefinisikan di tidak digunakan pada teks sebelumnya. America and the Bosnia Genocide Diarsipkan 2009-06-28 di Wayback Machine. Yale University Diarsipkan 2007-01-08 di Wayback Machine. Aegis Trust (genocide prevention trust) Diarsipkan 2007-04-04 di Wayback Machine. Srebrenica - a 'Safe haven' Diarsipkan 2007-09-29 di Wayback Machine. Netherlands Institute for War Documentation, Srebrenica - a 'Safe haven', an extensive Dutch government report on events in eastern Bosnia and the fall of Srebrenica. Bosnia victims appeal Karadzic's Genocide Acquittal Diarsipkan 2017-06-07 di Wayback Machine. Leydesdorff, Selma. Surviving the Bosnian Genocide: The Women of Srebrenica Speak Diarsipkan 2017-06-23 di Wayback Machine.. Genocide-Bosnia Diarsipkan 2007-05-02 di Wayback Machine. Wikimedia Commons memiliki media mengenai Bosnian Genocide. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk rincian lebih lanjut.